Hakekat Qana'a dan Wara'
QANA'AH PADA HARTA DAN WARA' PADA KEKUASAAN
Sobat gudangarab, Manusia sangat mencintai harta dan akan terus senantiasa mencarinya, tidak merasa puas dengan yang sedikit, manusia sangat tamak kepada harta dan panjang angan-angan. Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
"Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan."
(QS. Al-Fajr: 20)
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
"Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan."(QS. Al-Adiyat :8)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ
"Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang umur dan cinta terhadap harta."(HR. Al-Bukhari, no. 6420 dan Muslim, no. 1046)
Hikmah dari penyebutan dua hal tersebut yaitu bahwa yang paling dicintai oleh manusia adalah dirinya, ia ingin hidup kekal, maka itu ia mencintai panjang umur. Manusia juga mencintai harta, karena seolah-olah harta merupakan salah satu sebab panjang umur. Jadi setiap ia merasa hartanya akan habis, bertambah kuatlah kecintaannya kepadanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَلَا يَزْدَادُ النَّاسُ عَلَى الدُّنْيَا إِلَّا حِرْصًا، وَلَا يَزْدَادُوْنَ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
"Hari Kiamat semakin dekat, dan tidak bertambah kemauan manusia kepada dunia melainkan semakin rakus, dan tidak bertambah kedekatan mereka kepada Allah melainkan semakin jauh."(HR. Al-Hakim, IV/324 dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu)
Allah Azza wa Jalla berfirman tentang manusia,
لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ
"Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya.”(QS. Fush-shilat: 49)
Allah Azza wa Jalla juga berfirman,
بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
"Tetapi manusia hendak berbuat maksiat terus menerus." (QS. Al-Qiyamah: 5)
Kekuasaan yang berlebih-lebihan melahirkan anggapan bahwa orang lain yang sedang dikuasai bisa diberlakukan sesuai dengan kehendaknya, ditindas, diperlakukan semena-mena, dan juga digunakan untuk melampiaskan nafsu dengki, hasut, dan dendam. Orang lain yang berada di bawah kekuasaannya menjadi tertekan dan sengsara. Betapa banyak, sebagai akibat kekuasaan, menjadikan orang lain ditindas, dihukum tanpa salah, dan bahkan terjadi pertumpahan darah.
Kekuasaan seharusnya tidak diperebutkan. Kekuasaan adalah amanah, sehingga harus diberikan kepada seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengembannya, tetapi tatkala diberi juga tidak boleh ditolak.
Kerakusan terhadap kekuasaan dan ketamakan terhadap harta hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa buruannya. Untuk menghindari sifat tamak senantiasalah meminta pertolongan Allah Azza wa Jalla agar dijauhkan dari sifat serakah. Biasakanlah hidup dengan sifat _wara’_ (hati-hati), _qanaah_ (merasa cukup atas apa yang telah dianugerahkan Allah Azza wa Jalla), membiasakan berempati terhadap kehidupan masyarakat bawah, serta pandai mensyukuri segala karunia nikmat yang ada.
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah qana'ah pada harta dan wara' pada kekuasaan untuk meraih ridha-Nya.
Jangan lupa untuk berkunjung ke Informasi terkini sekitar Gresik
