Kebenaran Pasti Menang

KEBENARAN MUNGKIN BISA DISALAHKAN TAPI TIDAK BISA UNTUK DIKALAHKAN

Foto : Ijazah jokowi yang beredar di medaos

Sobat gudang Arab, kasus dugaan ijazah palsu Presiden Joko Widodo masih terus berlanjut dan bahkan makin memanas. Kabar Terbaru Polda Metro Jaya telah menetapkan Roy Suryo dan beberapa pihak lain sebagai tersangka pencemaran nama baik. Hal ini memunculkan kontroversi karena Polda Metro Jaya yang hingga kini belum menjelaskan dan membuktikan status keaslian ijazah Jokowi sebagai objek utama perkara. Hal ini sangat penting untuk memastikan apakah tindakan para tersangka telah memenuhi kualifikasi sebagai pencemaran nama baik atas pelanggaran UU ITE ataukah tidak.

Belakangan ini memang sering kita jumpai orang yang hanya mencari pembenaran ( Justification), bukan mencari kebenaran ( Truth). Malah menyalahkan kebenaran bahkan terkadang mencampur aduk kebenaran dan kebatilan ( talbis al haq wa al bathil).

Orang yang mencari kebenaran akan mulai dengan “meragukan” apa yang ia yakini. Ia berusaha berpikir terbuka dan objektif, serta tidak bersikap defensif.

Orang yang mencari kebenaran selalu bersemangat terhadap informasi baru, berusaha memahami pendapat dan sudut pandang orang lain, serta melakukan _check and recheck_ terhadap suatu isu. Intinya, memastikan terlebih dulu semua informasi yang ia miliki lengkap dan akurat, baru kemudian menyimpulkan dan menyampaikan pendapat. Ia tidak khawatir berbuat salah karena itu manusiawi, bahkan mengakuinya sebagai bagian dari introspeksi diri. Ia tidak tertarik merendahkan pendapat orang lain karena sadar dirinya belum tentu yang paling benar.

Orang yang mencari pembenaran akan mulai dengan meyakini penuh pendapatnya sendiri. Ia sesungguhnya hanya ingin mencari cara agar orang lain setuju.

Orang yang mencari pembenaran menyimak pendapat orang lain sekedar untuk tahu bagaimana membantahnya, mengajukan informasi yang mendukung keyakinannya, menyembunyikan informasi yang melawan pendapatnya, memutar opini seolah itu adalah fakta, mengaburkan fakta dengan mengajukan isu lain yang tidak relevan, dan kalau perlu, menyerang pribadi lawan berdebat seolah sang lawan tidak layak berpendapat.

Kebenaran akan menenteramkan hati, sementara pembenaran hanyalah akan membuat hati guncang dan ragu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits diriwayatkan dari Wabishoh bin Ma’bad,

جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ؟ قُلْتُ نَعَمْ فَجَمَعَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهَا فِي صَدْرِي وَيَقُولُ يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ نَفْسَكَ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ رواه أحمد

“Engkau bertanya kepadaku tentang kebaikan dan dosa.” Wabishoh menjawab, “Iya wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah mengumpulkan tiga jarinya dan menekkannya ke dada Wabishoh, dan bersabda, ” Wahai Wabishoh, tanyalah hatimu. Kebaikan adalah sesuatu yang membuat hatimu tenang dan jiwamu tenteram. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang mengganjal di hatimu dan mengguncang dadamu, meskipun orang-orang sudah memberimu jawaban." 
(HR. Ahmad juz 37, hlm. 438 no. 17315)

Kebenaran akan bertahan lama, sementara pembenaran cepat atau lambat akan tersingkap kepalsuannya.

Kebenaran melahirkan kebaikan, sedangkan pembenaran melahirkan kerusakan. Pengguna topeng pembenaran menggunakan retorika untuk membela kepentingan diri, mempertahankan zona aman dan nyamanya. 

Pencari kebenaran selalu bermuhasabah, mengintrospeksi dirinya, sedangkan pengguna pembenaran selalu menutupi cacatnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ رواه الترمذي وابن ماجه

“Orang yang pandai adalah yang mengekang jiwanya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang lemah adalah yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan terhadap Allah." 
(HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah)

Kebenaran terkadang pahit dan tidak sesuai dengan hawa nafsu sedangkan pembenaran selalu mengikuti hawa nafsu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ رواه البخاري ومسلم واللفظ له

“Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kebenaran memiliki _tasamuh_ (toleransi), sedangkan pembenaran intoleransi. Pesan Sunan Kudus tentang toleransi yang dirangkum dalam kalimat;

“Yen sira landep aja natoni, yen sira banter aja nglancangi, yen sira mandi aja mateni.”

(Jika perkataanmu tajam janganlah untuk menyakiti, jika jalanmu cepat janganlah untuk mendahului, jika kamu sakti janganlah untuk membunuh).

Kebenaran mungkin bisa disalahkan tapi tidak untuk dikalahkan. Kebenaranlah yang pada akhirnya bermanfaat di akhirat, sedangkan pembenaran hanya akan mempersulit hisab seseorang.

Ya Allah tunjukkanlah bahwa yang benar adalah dan mudahkanlah untuk mengikuti. Ya Allah tunjukkanlah bahwa yang bathil itu bathil dan mudahkanlah untuk menjauhinya.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa mencari dan mengikuti kebenaran dalam situasi dan kondisi bagaimana pun untuk meraih ridha-Nya.

Next Post Previous Post