Kemuliaan yang abadi

KEMULIAAN DIRI ITU ABADI, KEMULIAAN KEKUASAAN ITU HANYA SESAAT

Sobat gudangarab,Hakikat pujian adalah ujian, karena fitnah ujian itu bisa berupa ujian kebaikan maupun keburukan.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

ﻭَﻧَﺒْﻠُﻮﻛُﻢ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮِّ ﻭَﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻓِﺘْﻨَﺔً ﻭَﺇِﻟَﻴْﻨَﺎ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya, dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

Pada hakikatnya pujian adalah ujian berupa kebaikan, karena ketika kita dipuji, bisa jadi kita akan merasa sombong dan merasa takjub pada diri sendiri, bahkan kita lupa bahwa semua nikmat ini adalah dari Allah Azza wa Jalla, kemudian kita merasa hebat dan sombong serta lupa bersyukur. Kagum terhadap diri sendiri merupakan suatu sifat yang bisa membinasakan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻣُﻬْﻠِﻜَﺎﺕٌ : ﺷُﺢٌّ ﻣُﻄَﺎﻉٌ ﻭَﻫَﻮًﻯ ﻣُﺘَّﺒَﻊٌ ﻭَﺇِﻋْﺠَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan) dan (3) 'ujub (takjub pada diri sendiri).”

Sesungguhnya kita lebih membutuhkan doa daripada pujian, karena biasanya pujian berpotensi dapat menipu diri kita.

Sufyan bin Uyainah berkata,

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ : ﻻ ﻳَﻐُﺮُّ ﺍﻟﻤَﺪﺡُ ﻣَﻦ ﻋَﺮَﻑَ ﻧﻔﺴَﻪُ

“Para ulama mengatakan, bahwa pujian orang tidak akan menipu orang yang tahu diri (tahu bahwa ia tidak sebaik itu dan banyak aib serta dosa).”

Karena itu kita dilarang untuk memuji seseorang dengan berlebihan, sekalipun dalam pandangan kita orang tersebut layak untuk kita berikan pujian.

Ada suatu kisah yang dapat kita ambil ibrah (pelajaran) darinya. Dikisahkan di suatu negeri hiduplah seorang raja yang dia memang sangat ditakuti di negeri ini. Dia menganggap bahwa semua karena wibawa dirinya yang sangat kuat. Padahal sesungguhnya, takutnya banyak orang kepadanya adalah karena ketegaannya memburu dan memenjarakan setiap orang yang berseberangan dengan dirinya. Hormatnya banyak orang kepadanya bukanlah karena ada cinta, kekaguman dan ketundukan melainkan karena ketakutan dan keengganan berurusan dengannya. Sebuah penghormatan palsu. Suatu ketika kucing kesayangan sang raja ini mati, begitu banyak karangan bunga bela sungkawa yang berjejer di depan istananya. Dia semakin merasa bahwa dirinya benar-benar orang besar. Beberapa hari kemudian, saat dia sendiri yang meninggal dunia, ternyata tak banyak orang yang mengirimkan ucapan bela sungkawa. Sedikit sekali dan tak sebanyak karangan bunga kematian kucingnya.

Begitulah nasib orang yang ditakuti dan dihormati bukan karena kemuliaan dirinya, melainkan karena kemuliaan kekuasaannya. Kemuliaan diri itu abadi, sedangkan kemuliaan kekuasaan itu hanyalah pada saat diduduki saja.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjaga kemuliaan diri untuk meraih ridha-Nya.

Next Post Previous Post